Salah Satu Sebab Sri Lanka Bangkrut: Berhutang ke China

Belakangan ini Sri Lanka menjadi salah satu negara yang banyak mendapatkan perhatian dari dunia. Pemerintah Sri Lanka telah menyatakan bahwa mereka telah mengalami krisis dan bangkrut. Utang negara pun bisa dipastikan tidak dapat dibayarkan. Sehingga membuat negara itu meminta bantuan dari negara lain. 

Setelah mengumumkan tidak sanggup membayar utang negara, ratusan ribu rakyat Sri Lanka pun migrasi ke negara lain yang menyebabkan kondisi negara semakin buruk. Sebenarnya apa penyebab Sri Lanka bangkrut? Apakah karena berhutang ke China? Untuk lebih jelasnya mari simak ulasannya di bawah ini. 

Jumlah Utang Sri Lanka ke China 

Sri Lanka yang baru–baru ini mengumumkan bahwa mereka sedang mengalami krisis ekonomi pun mengakui bahwa utang luar negeri yang mereka miliki sebesar US$ 51 miliar atau sekitar 732 triliun rupiah. PM Sri Lanka pun mengumumkan bahwa mereka tidak mampu lagi membayar dan menyatakan default. 

Utang dengan jumlah fantastis tersebut pun dikarenakan Sri Lanka sering meminjam ke China dalam proyek infrastruktur. Dari beberapa sumber sudah menyatakan bahwa Sri Lanka sendiri memiliki utang ke China sekitar 10% dari seluruh total utang yang ada. Hal ini pun membuat Sri Lanka dinyatakan masuk dalam jebakan utang. 

Di tahun ini sendiri Sri Lanka, harus melakukan pembayaran setidaknya US$ 4 miliar untuk utang luar negeri. Termasuk untuk surat utang internasional yang harus dibayarkan pada bulan Juli 2022 ini. 

Dari kementerian keuangan negara tersebut, total utang yang mencapai $7 miliar ini berasal dari pemegang obligasi, negara, institusi dan lain sebagainya. Dimana hampir setengah utang negara yang dimiliki berasal dari surat utang internasional. 

Terlebih lagi dengan kondisi pandemi seperti sekarang ini, maka tidak heran jika pendapatan negara dari segi pariwisata pun hancur. Sekarang Sri Lanka hanya mempunyai cadangan ana sekitar US$1,9 triliun saja di akhir Maret 2022 lalu. Dimana pembayaran utang dengan nominal di atas harus dilunasi tahun ini. 

Sri Lanka Utang Infrastruktur 

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa pemberi utang terbesar untuk Sri Lanka adalah RRC atau China. Dimana negara selanjutnya adalah Jepang dan India. Mulai dari tahun 2005 sendiri, Sri Lanka banyak melakukan pinjaman ke China dan fokus infrastruktur dan menyebut proyek ini sebagai Gajah Putih. 

Bukan tanpa alasan proyek ini disebut dengan Gajah Putih, karena proyek yang dibangun tampak mewah dan megah, tapi sama sekali tidak berguna. Akhirnya pada tahun 2017 pun Sri Lanka harus menyewakan salah satu pelabuhannya bernama Hambantota yang sangat strategis karena tidak bisa membayar utang ke China. 

Sri Lanka Sangat Ceroboh 

Kubangan hitam utang yang dimiliki Sri Lanka sendiri tidak lepas dari kecerobohan negara tersebut. Dimana Sri Lanka memiliki utang ke China sekitar US$8 miliar dari total utang sekitar US$45 miliar. Hal yang paling mengenaskan adalah Sri Lanka juga berhutang lagi pada China di tahun ini sekitar US$ 2 miliar. 

Hal ini tidak lepas dari cerobohnya Sri Lanka dalam pembangunan infrastruktur dan akhirnya masuk lubang utang kepada China. Lebih parahnya sekarang China pun menolak permintaan dari negara ini untuk melakukan penjadwalan ulang dalam pembayaran. Tapi, Kementerian Luar Negeri China mengatakan mereka siap membantu Sri Lanka dalam masalah ekonomi. 

Kemudian India sendiri pun juga telah menyatakan akan membantu Sri Lanka. Caranya adalah dengan memberikan Line of Credit sebesar $1 miliar, dimana sebelumnya mereka melakukan hal yang sama sekitar US$500 miliar. Bahkan India juga mengirimkan 11 ribu ton metrik beras dan juga 270 ribu ton bahan bakar ke Sri Lanka. 

Sri Lanka Meminta Masyarakat Membantu Negara 

Tidak berhenti sampai sini saja, Sri Lanka yang memang sudah mengalami krisis ekonomi sejak tahun 1948. Sri Lanka secara terus menerus kekurangan beberapa bahan penting untuk infrastruktur, terutama listrik. Bahkan pemadaman listrik di negara ini pun sering kali terjadi dan merupakan hal biasa. 

Bahkan warga yang sudah tahu kondisi negaranya pun semakin marah dan memperburuk keadaan. Dimana protes telah terjadi dimana-mana dan pihak berwenang pun harus menenangkan mereka agar tidak terjadi kondisi yang lebih parah lagi. 

Pihak dari pemerintah pun meminta bantuan masyarakat dengan cara mengirimkan devisa negara. Hal ini sudah diungkapkan dari Gubernur Bank Sri Lanka yang meminta masyarakat untuk bergotong royong menyelamatkan warga. Seluruh uang yang dikirimkan pun nantinya akan digunakan untuk membeli kebutuhan barang pokok dan lain sebagainya. 

Dengan adanya pernyataan dari negara tersebut yang meminta bantuan kepada rakyatnya yang ada di luar negeri pun mendapatkan respon. Rakyat Sri Lanka yang memang bersedia membantu untuk saudara mereka, tapi sayangnya tidak ada rasa percaya terhadap pemerintahan yang ada sekarang ini.